Cerita Silat
Advertisement

Anak lelaki itu berjalan menyusuri jalan setapak yang agak basah diguyur air hujan yang baru saja berhenti. Umurnya paling banyak 10 tahun. Wajahnya cukup tampan, biarpun matanya memancarkan sinar jujur sehingga terkesan agak bodoh.Langkahnya tegap mencerminkan pribadi yang mantap dan tidak suka macam-macam. Anak ini memakai baju sederhana dengan kain yang kasar seperti anak-anak petani pada umumnya. Dia mengenakan jubah anti hujan yang terbuat dari jerami kering sambil memanggul tahang yang mengangkut beberapa ikat kayu bakar dan keranjang sayur-sayuran.

Anak ini bernama Takihiro, seorang anak yang berasal dari keluarga petani di kota Edo. Pada masa itu, dataran Jepang sedang terpecah-pecah dalam beberapa wilayah kekuasaan shogun. Kota Edo adalah termasuk dalam wilayah Shogun Nakoto Uma, salah satu shogun terkuat pada masa itu, karena dikabarkan memiliki ilmu silat campuran dari Jepang dan China. Disamping ilmu samurainya juga tinggi, tenaga chi-nya juga sempurna.

Berada dibawah kekuasaan Shogun Nakoto Uma, wilayah Edo dan sekitarnya menjadi makmur karena shogun Nakoto Uma sangat peduli dengan daerah kekuasaannya. Akibatnya para penduduk di bawah kekuasaan shogun Nakoto merasa sangat beruntung dan memuja-muja shogun Nakoto seperti dewa saja, tak terkecuali keluarga Takihiro.

Ayah Takihiro adalah seorang petani yang terkenal ulet bernama Daejiro. Lelaki ini berusia sekitar 50 tahunan, tetapi tubuhnya masih sehat dan kekar seperti anak muda karena terbiasa bekerja keras di sawah dan ladang. Istrinya bernama Mikuno, seorang anak dari keluarga petani juga berumur kira-kira 40 tahunan lebih.

Takihiro adalah anak tunggal yang sehari-hari tugasnya membantu ayahnya mencari sayur-sayuran di hutan dan kayu-kayu bakar untuk persediaan di rumah mereka. Kadang dia juga suka membantu ayahnya di sawah, mencangkul tanah-tanah gembur.

Advertisement